Memetri Kali Pepe : Belajar & Bergembira Bersama

Memetri Kali Pepe merupakan rangkaian proses belajar mengajar di kelas-kelas Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Lingkungan, Perubahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (2015-2016). Mata kuliah yang sebenarnya memuat konteks dan tuntutan untuk belajar lebih luas dalam beragam dimensi. Ide yang bisa dikembangkan dari materi dari mata kuliah tersebut, memungkinkan untuk mengembangkan beberapa agenda. Agenda yang terkoneksi dengan dinamika kota, dalam beberapa konteks. Yang paling relevan dalam skema pembelajaran selama dua semester terakhir adalah belajar memahami kota dengan merancang agenda untuk mendokumentasikan Kali Pepe. Selain itu, beberapa agenda lainnya adalah proses kelas yang tetap berjalan sebagaimana mestinya, dimana ada pertemuan dikelas untuk beragam sesi presentasi dan diskusi, yang telah terjadwal.
 
#Berjalan, Merekam Kali Pepe
Kelas berlanjut dengan agenda lapangan sebagai orientasi pengembangan dari materi-materi yang didapatkan dikelas. Skema dan agenda lapangan menjadi proses yang dirancang sedari awal, agar bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran yang akan dilakukan. Mengingat proses pembelajaran terbagi dalam dua semester: maka sesi kuliah pada semester ganjil akan dirancang untuk melakukan dan mengembangkan agenda pemetaan sebagai bagian dari ide memproduksi pengetahuan bersama warga kota. Agenda ini berorientasi pada upaya untuk merekam beragam informasi baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Proses yang dirancang untuk mendokumentasikan Kali Pepe, adalah mencatat dinamika Kali Pepe lewat berbagai informasi yang diberikan oleh warga. Semangat belajar, bermain, mendengar, mencatat, mendokumentasikan menjadi kata kunci untuk sesi pembelajaran yang coba dilakukan pada sesi pemetaan di Kali Pepe. Point-point untuk merekam beragam hal, menjadi titik tolak agenda pemetaan yang dilakukan bersama warga sebagai media belajar bersama.
Beberapa hal teknis dilakukan untuk mengeksekusi agenda dokumentasi Kali Pepe. Mulai dari penyusunan rangkaian agenda kelas maupun job desk kelompok dalam penyusunan tugas lapangan. Setiap kelompok yang dibentuk akan menyusun tugas individu dan jadwal agar bisa dipantau secara kolektif. Proses tersebut menjadi penting mengingat keberadaan sesi kelas yang telah terjadwal. Distribusi kelompok dengan distribusi titik kawasan yang harus didokumentasikan menjadi target paling awal dalam skema agenda yang akan dilakukan. Untuk kemudian mendiskusikan lebih lanjut instrument yang akan digunakan dilapangan sebagai panduan untuk belajar bersama, setidak-tidaknya dirancang akan berjalan selama satu semester.
Merancang berbagai pertanyaan dan merekam berbagai informasi warga mulai dari aspek fisik sungai dengan dinamika yang menyertainya menjadi tahapan yang dilakukan dilapangan jadi tahapan #Produksi Pengetahuan. Merekam apa yang bisa dilihat ketika berjalan-transek di sepanjang Kali Pepe. Mencatat beragam aspek fisik sungai, seperti lebar, luas, talut, sepadan maupun sedimentasi yang bisa dilihat dan diukur, salah satunya berbasis Open Street Map. Selain itu, catatan yang juga harus disertakan adalah informasi biota maupun vegetasi, yang akan melengkapi juga informasi terkait dengan  pemanfaatan sungai, sepadan hingga kawasan Kali Pepe oleh warga. Hal yang tidak boleh diabaikan juga, aspek non fisik Kali Pepe yang meliputi model hunian, fasilitas publik,  akses warga, sejarah atas sungai, pengalaman bencana, harapan warga hingga beragam informasi menarik terkait dengan folklore yang berkembang disekitar Kali Pepe. Semua informasi yang didapat dari warga yang berkenan membaginya, dicatat dan direkam menjadi bagian dari upaya mendokumentasikan Kali Pepe.
Sesi tersebut kemudian berlanjut dengan agenda semester berikutnya dengan skema berkumpul bersama bersama merancang beberapa agenda sederhana berbasi komunitas. Beberapa sesi kumpul untuk belajar bersama menghasilkan rangkaian agenda. Mulai dari ide untuk membuat dokumenter warga kampung, mengumpulkan anak-anak untuk bercerita tentang kampung, memuat mural sebagai media bersama, bicara sampah, bicara bencana, bicara imajinasi tentang kota yang lebih baik. Bertemu dan berkumpul dengan lebih banyak komunitas menjadi menarik untuk saling menyapa serta berbagi agenda bersama. Kesamaan menjadi bagian dari kota jadi simpul untuk saling terkait. Rangkaian pertemuan menjadi agenda untuk belajar bersama untuk lebih dekat memahami kota dan  #Re-produksi Pengetahuan yang coba dilakukan sebelumnya.
 
#Mencatat dengan Open Street Map
Bersamaan proses mendokumentasikan Kali Pepe, agenda yang menyertai adalah pembuatan peta partisipatif Kali Pepe berbasis Open Street Map/OSM. Agenda pemetaan dipilih mengingat pentingnya keberadaan warga berikut ruang spasial untuk juga didokumentasikan. Lewat serangkaian sesi belajar bersama yang difasilitasi Hysteria-Semarang, pemetaan berbasis Open Street Map dilakukan oleh tim khusus yang bertanggung jawab untuk merancang agenda OSM. Ide menyusun data OSM yang dikumpulkan bersama warga adalah adanya kesempatan untuk memperbaharui informasi dan pengetahuan tentang kampung tempat tinggal. Harapannya, dengan warga yang membangun atau membuat peta kawasan mereka sendiri diharapkan akan memunculkan respon warga terhadap kawasan mereka. Dengan mengetahui situasi hasil pemetaan akan hadir kesadaran terkait apa saja potensi dan apa yang mereka butuhkan untuk wilayah tempat warga tinggal.
Beberapa kebutuhan teknis untuk pemetaan Open Street Map: antara lain, pembuatan field paper untuk membantu proses pemetaan di lapangan, dimana mapper membawa sebuah lembar kerja untuk memvalidasi bangunan. Lembar kerja ini berupa field paper yang berisi foto citra udara dari satelit BING. Karena OSM berhubungan dengan BING maka keakuratan data yang diperoleh akan semakin sesuai. Disamping field paper, perlu disiapkan pula kertas untuk mengisi data bangunan yang meliputi kolom nama bangunan, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis  lantai dan keterangan seperti alamat lengkap. Kemudian Java Open Street Map Editor (JOSM) adalah sebuah aplikasi desktop yang dibuat menggunakan teknologi Java dan pengoperasiannya dapat berjalan pada sistem operasi Windows, Mac OS, dan Linux. JOSM digunakan sebagai salah satu editor data geospasial dari OSM yang berfungsi untuk melakukan digitasi pada data spasial OSM.  JOSM memiliki banyak fitur built-in, seperti dukungan pemetaan audio dan foto, yang membantu mengubah informasi survey menjadi peta. JOSM ini juga mendukung sistem plugin yang dapat menambahkan beberapa fungsi tambahan, seperti digitasi langsung dari file GPS log secara real time, dan alat-alat menggambar titik, garis, relasi dan lainnya.
Dalam pemetaan menggunakan aplikasi Open Street Map berikutnya adalah proses kerja dari pendataan bangunan di lapangan hingga penginputan ke aplikasi Open Street Map. Proses pemetaan yang dilakukan ini adalah untuk memvalidasi citra satelit yang sudah diambil dalam field paper. Field paper ini menjadi pedoman mapper untuk melakukan validasi bangunan dan jalan yang akan dipetakan nantinya. Selain menggambarnya mapper juga mencatat diskripsi banguan atau jalan tersebut. Mulai dari jenis bangunan, berapa lantai, dan lain sebagainya sebagai pendukung kelengkapan data pata peta openstreetmap. Selanjutnya proses pemetaan dilakukan dengan input data ke aplikasi Open Street Map yang dapat dilakukan secara online maupun off line.
Bagian penting dari pemetaan partisipatif berbasis disekitar Kali Pepe agar diketahui secara pasti berapa jumlah bangunan yang menempati sepanjang aliran sungai. Dari data tersebut dapat ditarik pola ciri khas pemukiman sepanjang aliran sungai. Mengingat keberadaan warga sebagai basis utama pengetahuan tentang kota, kampung maupun sungai. Warga akan lebih memahami keadaan kampungnya melalui peta dalam Open Street Map. Data yang dikumpulkan ketika pemetaan ini akan dibangun dan dikumpulkan bersama warga untuk memperbaharui informasi dan pengetahuan dimasyarakat. Dengan warga yang membangun atau membuat peta kawasan mereka sendiri diharapkan akan memunculkan kepekaan terhadap kawasan mereka tinggal. Dengan mengetahui situasi lapangan yang mereka sadari mereka akan menjadi sadar apa saja potensi dan apa yang mereka butuhkan untuk wilayah tempat dimana warga tinggal.
 
#Merekam Pesan Warga
Sembari berjalan untuk melakukan dokumentasi Kali Pepe, pemetaan Open Street Map sepanjang Kali Pepe,  kerja-kerja mendokumentasikan juga dilakukan dalam bentuk dokumenter video. Tentu pembuatan dokumenter yang bisa dilakukan jauh dari kata standart bagaimana seharusnya dokumenter dibuat namun bagian pentingnya adalah ada beragam pesan yang didapatkan selama melakukan dokumentasi di Kali Pepe. Semua pesan tersebut, sudah seharusnya disampaikan kepada publik secara lebih luas-dalam konteks kota. Maka pembuatan dokumenter dilakukan dalam kepentingan meluaskan pesan-pesan warga atas keberadaan Kali Pepe baik tentang sejarah, pengalaman hingga harapan. Agenda untuk mendokumentasikan dalam bentuk video dilakukan pada setiap titik kawasan-segmen, tempat dimana proses dokumentasi baik aspek fisik maupun non fisik dilakukan. Tim teknis yang mengeksekusi video, mendesain materi dan mendiskusikannya dengan tim pemetaan untuk memilih serta menyusun agenda wawancara. Beberapa narasumber dipilih setidaknya bisa mewakili narasi Kali Pepe dalam beragam perspektif, mulai dari sesepuh kampung, ibu-ibu, hingga anak-anak yang menjadikan Kali Pepe sebagai bagian dari keseharian. Termasuk bagian dari dokumenter yang dibuat adalah merekam keseharian warga di titik-titik Sangkrah-Gandekan untuk kemudian tampil sebagai sebuah narasi interaksi antara kampung dan sungai. Pesan utama dari proses dokumenter yang coba dilakukan  sepanjang Kali Pepe adalah membuat penegasan kepada publik secara langsung terkait dengan kondisi sesungguhnya Kali Pepe. Terkait juga bagaimana warga merespon beragam dinamika yang ada serta memberi ruang bagi harapan warga atas keberadaan Kali Pepe untuk kota serta dampaknya bagi warga hari maupun ke depan.  Membuat hubungan hulu dan hilir lewat video semoga bisa berkontribusi bagi ide sungai yang lebih baik, lebih layak dan lebih sehat bagi warganya.
 
#Bercerita dan Menggambar
Menggambar selalu menyenangkan, tak terkecuali bagian dari cara belajar dan bermain bersama warga, menggambar menjadi salah satu agenda. Ide untuk mengajak anak-anak menggambar merupakan upaya sederhana untuk menghadirkan ekspresi anak-anak terhadap kampung tempat dimana mereka tinggal. Bertemakan Kampungku Ceritaku, pada beberapa workshop menggambar untuk anak-anak di Gandekan, Jagalan dan Sangkrah. Anak-anak yang berkumpul diminta untuk mengimajinasikan kampung mereka, tidak mudah tentunya mengingat ada banyak pilihan terkait apa yang harus digambar. Namun kita percaya, gambar adalah alat komunikasi yang paling mudah dimengerti, dengan gambar itulah mereka bisa leluasa bercerita, untuk kemudian dikemas dalam bentuk Cerita Bergambar: Kampungku Ceritaku.
Beberapa sesi pertemuan-belajar bersama difasilitasi dan dilakukan untuk menstimulasi imajinasi anak-anak untuk memahami kampungnya, apa saja yang mereka ingat dan biasa melakukannya di kampung. Beberapa cerita bergambar berhasil digambar dan mencoba menampilkan keseharian anak-anak kampung. Dimana gambar yang dihasilkan pada umumnya, seperti gambar anak yang sedang bermain bola, kelereng, maupun layang-layang. Ada juga yang menggambar tentang kondisi sungainya yang kotor dan harapan untuk  menangani kondisi tersebut. Sedangkan gambar yang lain bercerita tentang anak yang mengajak temannya untuk membersihkan sungai dari berbagai sampah yang mengganggu. Harapan atas kampung juga disematkan anak-anak pada gambar yang dihasilkan,  kebanyakan anak-anak berharap kampungnya bersih, rapi, bebas dari penyakit, tidak ada sampah, banyak tempat bermain dan ada banyak bunga. Dari situ kita tahu bahwa anak mulai mengenal problem di sekitarnya sekaligus menegaskan persoalan dari pemetaan Kali Pepe yang telah dilakukan. Untuk itu, jadi tugas bersama untuk  terus melakukan pendekatan kepada anak-anak tentang bagaimana bersikap ramah terhadap lingkungan tempat tinggalnya, sebab lingkungan kita akan selalu memberikan timbal baik dan reaksinya dari aktivitas manusia terhadapnya.
 
#Bersama-sama Membuat Mural
Selain menggambar bersama anak-anak di kampung, sesi menggambar juga melibatkan teman-teman lebih luas. Berjejaring dengan teman-teman pegiat seni yang mau terlibat untuk menjadi bagian dari sesi-sesi menggambar/mural berjalan dengan meriah. Diawali dengan beberapa pertemuan untuk berdiskusi terkait beberapa hal teknis, seperti kebutuhan titik mural, tema mural, agenda eksekusi hingga pelibatan teman-teman seniman menjadi sesi yang penting sebelum semua agenda mural difinalisasi. Agenda berlanjut dengan pertemuan-pertemuan dengan beberapa komunitas dititik eksekusi mural, sekaligus merancang sesi mural bisa digarap dengan mempertimbangkan keterlibatan anak-anak muda tempat dimana mural tersebut dieksekusi.
Beberapa sesi pertemuan di Sangkrah dan Gandekan menjadi media untuk berdiskusi intens terkait beberapa hal yang penting. Setidaknya merancang dan mendiskusikan bersama komunitas anak-anak muda setempat teknis agenda mural baik sejarah kampung yang bisa dikembangkan sebagai bagian dari materi, identifikasi tokoh-tokoh kampung untuk disiapkan profilnya sebagai materi, maupun peta kampung yang akan dikembangkan sebagai bagian dari upaya untuk membentuk pengetahuan warga tentang kampungnya lewat visualiasi mural. Diskusi-diskusi tersebut sekaligus membuat benang merah antara agenda pemetaan tentang Kali Pepe yang telah dilakukan sebelumnya. Bagian dari pertemuan  lainnya adalah menyepakati titik-titik kampung untuk mengeksekusi mural dengan tahapan perijinan yang mesti dilakukan sebelumnya. Antusiasme anak-anak muda terlihat menggembirakan, layaknya sesi menggambar bersama anak-anak sebelumnya. Keterlibatan anak-anak muda yang telah diusahakan sejak awal makin meriah bersamaan dengan sesi eksekusinya. Tentu ada beberapa gambar spesifik yang dikerjakan secara mandiri namun ide untuk melibatkan anak-anak muda kampung menjadi bagian proses berkesenian yang menarik. Kondisi yang membuat anak-anakbisa merespon tempat tinggal mereka secara visual menjadi upaya yang harus dilakukan secara terus menerus.

# Belajar Memahami Sampah
Bagian dari hasil pemetaan sepanjang Kali Pepe adalah persoalan sampah yang mengemuka, baik dari warga di kawasan hulu maupun warga dikawasan hilir. Ada terlalu banyak penyebab dari persoalan sampah yang menjadi persoalan ketika harus membicarakan problematika warga disekitar sungai, tempat tinggal sehari-hari. Sampah berserak hampir disemua titik sungai, mengumpul pada beberapa simpul persinggungan Kali Pepe dengan sungai lain. Pada beberapa tempat menjadi satu bersama sedimentasi yang menumpuk selama beberapa waktu sebelumnya, sekaligus berdampak pada pedangkalan sungai.
Melihat kondisi tersebut, sadar harus ada respon atas persoalan sampah namun jujur ketiadaan kapasitas yang dimiliki membuat kesadaran untuk meresponnya mesti mencari bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, beberapa sesi dirancang untuk mencoba mencoba merancang agenda pertemuan-belajar bersama warga untuk mendalami lebih lanjut persoalan sampah. Sesi belajar bersama warga menjadi sesi untuk mengajak warga memahami kembali persoalan sampah sebagai persoalan bersama sekaligus persoalan krusial untuk segera dikelola bersama, salah satunya lewat upaya sederhana dengan memproduksi modul Sampah Kota Sampah Kita. Momentum tersebut bersamaan juga dengan agenda kota untuk  merealisasikan pembangkit tenaga listrik berbasis sampah sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi persoalan sampah dalam skala yang besar. Mengingat data yang dirilis, menunjukkan jumlah sampah yang diproduksi di Surakarta mencapai sekitar 270 ton per hari, yang terdiri dari sampah rumah tangga 225 ton/ hari, sampah pasar 25 ton/hari dan perkantoran/jalan/industri sebesar 15 ton/hari.

#Belajar Memahami Bencana
Dinamika yang tidak bisa dipisahkan dari tinggal disekitar sungai adalah resiko atas bencana. Dimana catatan bencana banjir menjadi tertalu sering dialami oleh warga yang tingggal dibeberapa titik yang rentan terhadap meluapnya Kali Pepe. Untuk itu, bagian dari respon untuk warga yang tinggal disekitar Kali Pepe adalah membangun kesadaran terkait berncana, distimulasi teman-teman Rumah Baca Sangkrah berkerja sama dengan ARM (Association of Resiliency Movement Yogyakarta). Beberapa pertemuan dibuat untuk mendiskusikan beberapa tahapan penanganan bencana yang bisa dikelola oleh warga.  Mulai dari pertolongan pertama pada korban banyak, manajemen Posko, manajamen logistik, assessment hingga evakuasi. Dimana semua rangkaian tahapan ini merupakan satu kesatuan dalam proses mitigasi bencana, mengingat kampung-kampung disekitar Kali Pepe sangat rentan dengan bencana banjir yang seringkali dialami oleh warga.
Pertemuan–pertemuan bersama warga menjadi sesi berdiskusi bagaimana bertindak baik sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. Karena pada dasarnya penanggulangan bencana dilaksanakan dengan tujuan membentuk masyarakat yang tanggap bencana. Mulai dari bagaimana meminimalisir terjadinya bencana, bagaimana tindakan yang harus diambil saat terjadi bencana, dan bagaimana tindakan atau kegiatan yang harus dilakukan setelah bencana terjadi atau lebih sering disebut sebagai rekonsiliasi dan rehabilitasi. Warga diajak untuk belajar bagaimana cara menolong korban yang mengalami penyumbatan pada aliran pernafasan ketika terjadi bencana serta bagaima tata cara melakukan beberapa tindakan medis sederhana. Ujung dari proses tersebut adalah kemandirian warga ketika harus berhadapan dengan bencana, yang diawali dengan pengetahuan untuk menangani bencana.
 
#Sowan Komunitas
Dari beberapa sesi perjumpaan dengan warga, baik pada agenda pemetaan sepanjang Kali Pepe maupun pertemuan-pertemuan untuk belajar bersama, ternyata masih menyisakan beberapa hal yang mesti dilakukan. Salah satu yang krusial adalah kebutuhan untuk mengajak warga berharap atas Kali Pepe yang lebih baik sekaligus meminta warga merancang sendiri agendanya.  Tentu ada beragam materi pembelajaran yang bisa didiskusikan dari beragam sumber. Namun harus ada kemauan lebih untuk mau belajar pada komunitas lain yang setidak-tidaknya mempunyai pengalaman yang seragam. Untuk itu, dengan segala keterbatasan maka dirancanglah sesi belajar bersama komunitas Pemerti Kali Code Yogykarta. Idenya belajar pada komunitas lain sedianya berkontribusi bagi pengalaman warga untuk merancang agenda bagi sungai yang lebih layak. Khususnya bagi teman-teman yang memang kesehariannya tinggal di sekitar Kali Pepe.
Oleh karenanya, maka sesi belajar bareng dilakukan dengan kunjungan ke teman-teman di Pemerti Kali Code Yogyakarta. Teman-teman komunitas Pemerti Kali Code sejauh ini lebih progresif dalam mengelola beragam potensi sekaligus tantangan yang ada. Pengalaman berinteraksi langsung warga dengan Pemerti Kali Code menjadi sharing yang menarik untuk  dilakukan. Perjalanan untuk mengenal Kali Code dengan semua bentuk pengalaman yang telah dilalui, tantangan yang jauh lebih besar hingga proses yang senantiasa dinamis didapatkan secara langsung dari para pegiat Code. Keinginan untuk mengembangkan point-point kesamaan menjadi penting karena sama-sama tinggal di sekitar sungai. Merancang harapan yang sama atas kota yang lebih layak bagi warga untuk bisa melihat sungainya lebih baik menjadi modal bersama untuk menjalin jejaring komunitas antar kota. Tentu persoalan Kali Pepe dengan Kali Code berbeda namun sesi saling belajar akan menjadi modal untuk saling menguatkan sesama inisiatif warga untuk berdaya lebih baik.
 
#Temu Stakeholder Kota
Proses belajar bersama warga dalam skema produksi pengetahuan dan  re produksi pengetahuan berjalan dalam beberapa waktu. Berawal dari proses pemetaan sebagai wujud mendokumentasikan kondisi fisik dan non fisik Kali Pepe, diharapkan membentuk pengetahuan kota atas kondisi Kali Pepe. Berlanjut dengan skema pemetaan partisipatif berbasis Open Street Map yang dilakukan untuk mencatat kondisi faktual spasial sepanjang Kali Pepe agar kota punya detil informasi yang dinamis. Belajar untuk membentuk pengetahuan yang baru bersama warga kemudian berlanjut dalam beragam pertemuan untuk menggali kembali bentuk-bentuk pengetahuan yang ada. Semua skema untuk memproduksi pengetahuan dan me re produksinya kembali tentunya punya harapan diujung. Dan harapan dari semua proses tersebut adalah mendorong agenda bagi kota untuk menjadikan Kali Pepe lebih baik, lebih layak dan lebih sehat. Tentu ada banyak agenda lain yang telah dilakukan oleh kota, untuk itu menjadi penting duduk bersama, mendiskusikan skema yang lebih baik bersama stakeholder kota Surakarta. Maka sesi diskusi lebih lanjut bersama stakeholder dilakukan untuk melakukan audit bersama atas skema tata kelola sungai di kota Surakarta. Difasilitasi oleh Sekretaris Daerah Kota Surakarta diskusi dihadiri oleh BBWS Bengawan Solo, BLH Kota Surakarta, DPU Kota Surakarta, DTRK Kota Surakarta, Lurah Kota Surakarta dan Legislatif Kota Surakarta. Kesadaran dan komitmen bersama menjadi simpul strategis agar tata kelola sungai yang lebih baik mesti ditopang oeh semua pihak. Selain itu, sesi diskusi bersama komunitas juga dilakukan untuk menggali inisiatif beragam komunitas yang telah melakukannya baik Pokja Sungai, Rekso Lepen, Kampung Iklim, maupun Komunitas Sibat untuk bersama-sama mendorong agenda yang lebih luas terkait dengan tata kelola sungai.

#Srawung Kampung-Kota
Sesi Srawung Kampung adalah upaya membangun jejaring baru yang mempunyai pengalaman dan komitmen yang sama atas kampung-kota. Maka semua bentu upaya yang bisa memotret dan menghadirkan narasi keseharian kampung dalam beragam dimensi, baik dalam fisik maupun non fisik adalah upaya untuk menempatkan kampung sebagai bagian nan substansial dari kota.  Eksistensi kota yang tumbuh dan membentuk sejarah kota-kota modern di nusantara tak bisa dilepaskan begitu saja dari semua penggalan sejarah sosial budaya masyarakat yang membentuk kota dan kini hadir menghuni kampung-kampung perkotaan. Jejaring yang coba dibangun berupa pegiat yang sedang belajar dengan mendokumentasikan kampung-kota sebagai bagian dari proses belajar mengajar dikampus maupun diluar kampus.
Sedianya, semua proses dokumentasi kampung tersebut kami distribusikan dalam beragam bentuk, dengan kepentingan sederhana : kota harus tumbuh dengan bekal pengetahuan warga tentang kota maupun kampung dimana mereka tinggal, tumbuh, bekerja dan berhubungan antar sesama Maka Srawung Kampung-Kota hendak mempertemuka pelajar, pemerharti, pelaku, pegiat, peneliti yang multidisiplin-pengetahuan untuk menulis dan berbagi semua bentuk pengalaman berada dikampung, menjadi bagian dari kampung maupun mendampingi kampung-kampung kota yang ada di seluruh nusantara. Ujung dari proses ini adalah publikasi yang menegaskan kembali bentuk baru dari jejaring pengetahuan kampung se nusantara. #Kampungnesia #KampungKota #KotaSolo

Berita Terkait