Serut Podomoro Festival #2

Pembukaan Serut Podomoro Festival 2023 : dimulai dengan pertunjukan Hadroh Hubbus Salaam Serut melaksanakan pementasan pertama di sore hari yang memiliki personil anak-anak muda remaja masjid. Iringan suara tepukan gendang dan vokal bernuansa religi menambah meriahnya sore pada rangkaian pembukaan Serut Podomoro Festival. Kekompakan para pemain Hadroh membawa gelora semangat para penonton seluruh kalangan. Ganjaran bagi persiapan dan latihan keras, berlatih intensif untuk menjaga kualitas irama dan harmoni dalam musik hadrah yang ditampilkan ditengah-tengah panggung yang dibuat sejajar dengan jalan menuju panggung utama.
Euphoria arena panggung menjadi lebih meriah ketika penampilan para santri cilik ini unjuk gigi di atas panggung. Sorak- sorakan terus tertuju pada pasukan Hadroh Hubbus Salaam ketika penampilan dimulai hingga usai. Tak hanya penampilan yang menarik perhatian, tetapi juga sikap rendah hati dan semangat berbagi ilmu yang mereka tunjukkan di belakang panggung. Mereka berinteraksi dengan kelompok-kelompok seni dan budaya lainnya, berbagi pengalaman, dan menjalin persahabatan baru. Ketika acara berakhir, kelompok hadrah remaja ini menerima tepuk tangan meriah dan sorakan dari penonton. Mereka merasa bangga dan bersyukur telah bisa menjadi bagian dari acara besar tersebut. Namun, yang lebih penting lagi, mereka merasa telah berhasil menyampaikan pesan spritualitas dan keindahan seni hadrah kepada banyak orang.
Umbul Donga
Sinar matahari yang masih menyengat di ufuk barat membuka acara pembukaan Serut Podomoro Festival. Acara dibuka dengan tarian oleh sepasang laki-laki dan perempuan yang ditampilkan oleh Smirna Wardani dan Dodik Eskha. Laki-laki menempatkan posisi tubuhnya di antara tumpukan daun jati sedangkan perempuan memegang satu daun jati dengan kendi kecil yang berada ditengah-tengah posisi keduanya. Masyarakat yang menonton penampilan ini beberapa ikut memegang daun jati kering. Tarian dimulai ketika wanita meletakkan daun jati ke atas tumpukan daun jati yang menutupi penari laki-laki, disusul masyarakat meniru adegan penari perempuan.
Selanjutnya ketika musik dimainkan penari perempuan mulai menggerakkan tubuhnya mengitari penari laki-laki yang tertutup oleh tumpukan daun jati sambil menambah tumpukan daun jati yang masih berjatuhan disekitar penari laki-laki, sehingga penari laki-laki tertutup secara penuh oleh tumpukan daun jati. Setelah beberapa saat penari laki-laki mulai menggerakkan badannya keluar dari tumpukan daun jati. Angin yang berhembus kencang menambah khidmat tampilan. Kedua penari mulai meliak-liukkan tubuhanya sesuai dengan bunyi alat musik dan lantunan suara yang dikumandangkan.
Tarian ini diakhiri dengan sepasang penari yang menghampiri kendi kecil, memegangnya tingi-tinggi lalu dipecahkan. Tidak jauh dari posisi penari sudah berdiri tetua dari Dukuh Serut. Tetua laki-laki menggunakan pakaian hitam sedangkan perempuan menggunakan baju kebaya serta membawa mangkuk kecil bersisi air bunga. Sepasang penari mengawal iring-iringan keduanya menari ke arah panggung pertunjukan Serut Podomoro Festival. Ketika sudah berada dipanggung tetua laki-laki memberikan sepatah dua patah seraya mengucapkan rautan doa untuk mengawali rangkaian agenda dan kelancaran acara Serut Podomoro Festival 2023.
Mantra Gula Kelapa
Menjelang sore, suasana hari semakin indah dan menawan menjadi latar pertunjukan sebuah penampilan pembuka acara Serut Podomoro Festival. Eloknya suasana ketika sang fajar tenggelam menjadi sangat hangat ketika semua penonton saling duduk berdekatan di jalan pinggir sawah untuk menyaksikan Mantra Gula Kelapa. Mantra Gula Kelapa adalah sekelompok seniman yang mengkolaborasikan suatu penampilan “solah bowo” yang disajikan dalam bentuk tarian dan juga teatrikal. Personil yang terlibat dalam penampilan ini berjumlah 20 orang, dengan lima orang memiliki peran sebagai pemain alat musik.
Alat musik yang dimainkan diantaranya adalah seruling, kendang, jimbe dan juga gitar. Permainan alat musik tersebut bertujuan untuk mengiringi sebuah tembang yang dilantunkan oleh penari perempuan yang memakai pakaian putih. Penari perempuan memerankan teatrikal dengan membawa properti sebuah lentera yang dipegang saat menari serta seikat padi dan daun jati yang digendong. Adegan tersebut memiliki makna untuk menjaga dan melindungi alam atau bumi sebagai tempat tinggal kita. Penari perempuan tersebut kemudian dikelilingi oleh penari pria dengan badan besar yang mulanya duduk kemudian berdiri dengan memperagakan gerakan mencangkul. Penampilan dari Mantra Gula Kelapa memberikan kesan yang erat kaitannya dengan kehidupan di desa dengan romansa sawah dan petani.
Kemudian ditengah pertunjukan tersebut, seorang penari perempuan berkebaya dan berselendang merah hadir dengan lemah gemulai memperagakan lenggak lenggok tubuhnya seirama dengan alunan musik yang dimainkan. Emosi dari seni pertunjukan kemudian mulai dirasakan oleh penonton karena terdapat sandiwara pertarungan antara penari pria. Tawa riuh penonton pecah seketika karena di tengah pertarungan terdapat dialog yang mengundang gelak tawa penonton.
Tari Merak Subal
Suasana sore menjelang malam dengan hembusan angin yang berasal dari persawahan tempat diadakannya pertunjukan kesenian menyentuh kulit para warga yang menonton acara tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang tua turut hadir dan menyaksikan. Pertunjukan yang diselenggarakan di tengah persawahan ini dengan angin yang cukup kencang dan hawa dingin rupanya tidak membuat penonton mengurungkan niatnya untuk menonton. Justru semakin waktu menunjukan acara akan segera dimulai semakin banyak warga berdatangan untuk menonton.
Penampil pembuka setelah waktu break ini yaitu pertunjukan Tari Merak Subal yang dibawakan oleh UKM Sentra UIN Raden Ma Said Surakarta. Tarian yang berasal dari Jawa Barat ini merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan merak besar yang memiliki bulu halus, indah dan menarik. Gerakan yang luwes dan lincah yang disajikan oleh penari memberikan kesan yang indah pada tarian ini. Musik yang mengiringi tarian menggunakan alunan tabuhan alat musik gamelan dengan ritme yang lambat. Para penari menari dengan mengikuti ritme dari musik pengiring, menggerakan tangan, kaki serta kepala dengan begitu lentur serta senyuman dari bibir sang penari yang tidak pernah pudar. Melenggak lenggokan badan dan membentangkan selendang seolah itu adalah sayap merak yang kemudian memutar dan saling bertukar posisi. Semua gerakan yang ditampilkan sangat indah dan membuat kagum. Dengan warna kostum sang penari menambah citra cantik nan anggun serta ceria pada sang penari, yaitu dengan menggunakan warna kuning, hijau dan merah.
Pertunjukan Tarian Merak Subal yang berdurasi lima belas menit ini berhasil membuat penonton terpesona akan tarian yang disajikan. Terlihat banyaknya penonton yang menunjukan raut wajah yang sumringah dengan senyuman dan binar mata saat menonton pertunjukan ini. Para warga yang membawa ponsel mengabadikan pertunjukan.
Tari Kapi Lih
Malam hari menjadi suasana yang menemani penonton untuk menyaksikan Tari Kapi Lih yang dibawakan oleh Luthfi Abghi Nur Salim. Kapi Lih dibagi dari 2 kata yakni kapi dan kapilih. Kapi dalam bahasa Indonesia berarti kera dan kapilih adalah yang terpilih. Karya tari ini bersumber ddari tokoh Anoman dalam epos Ramayana.
Sang Anoman merupakan sosok kera yang berbeda dari kera yang lainnya. Berwujud kera putih yang memiliki kesaktian tiada tara. Anoman dipilih sang Rama untuk menjadi duta negara. Tarian ini menggambarkan sifat dan sikap pemberani amanah terampil dan jenaka. Menggambarkan kehidupan Anoman yang diabdikan untuk berjuang membela keutuhan negara, menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan menjaga ketentraman dunia. Tarian ini diiringi musik gamelan dengan tempo cepat, serta gerakan yang lincah.
Tari Cakil
Hembusan dinginnya angin malam tak menyurutkan gerakan anak laki-laki asli Serut bernama Radhithya Dhipradana Isputra dalam menarikan tari cakil secara lihai di atas panggung. Cakil sendiri adalah tokoh pewayangan yang tidak akan dijumpai dalam kisah Ramayana maupun Mahabarata versi asli India. Tokoh wayang yang asli dari Indonesia ini dikategorikan sebagai seorang buto (raksasa) dengan rahang bawah yang lebih panjang daripada rahang atas. Meskipun termasuk dalam kategori buto (raksasa), cakil dalam perwujudannya memiliki badan yang kecil layaknya manusia. Diiringi musik dengan suara gamelan yang mendominasi, penari cakil bergerak dengan penuh semangat, lincah, dan atraktif sesuai dengan karakter cakil yang digambarkan sebagai sosok jahat tapi juga cengengesan, tidak seperti wayang dalam kategori buto (raksasa) yang lain.
Di atas panggung Serut Podomoro Festival 2023 ini, tampilan tari dari cakil dilambangkan sebagai perwakilan dari sengkolo (energi negatif /kejahatan) yang ada di sekitar kita, di mana ia menyebarkan hama, baik hama dalam wujud hama sawah maupun hama manusia. Terlihat dari bagaimana penari cakil secara apik dalam menggerakkan tangan dan kakinya membentuk sudut - sudut seperti gerakan kuda - kuda dalam silat yang akan bertarung.
Di tengah tampilan dari cakil, tampak seorang penari wanita berbaju hijau dan mengenakan penutup kepala berwarna hijau pula perlahan naik ke arah panggung sambil membawa sebuah topeng di tangannya. Penari wanita ini digambarkan sebagai sosok ibu bumi yang turun langit guna membasmi hama supaya hidup manusia menjadi sejahtera. Di atas panggung, ibu bumi berada di pinggir panggung sambil memperhatikan penari cakil yang bergerak dengan lincahnya menguasai panggung dan beberapa kali bersinggungan dengan ibu bumi.
Menuju akhir penampilan dengan suara dari musik gamelan yang semakin terdengar riuh dan menegangkan, cakil dan ibu bumi saling beradu tarian sebagai perlambangan dari kebaikan melawan kejahatan. Cakil secara piawai menghunuskan kerisnya berkali-kali ke ibu bumi, tapi secara apik selalu berhasil ditangkis oleh ibu bumi menggunakan topeng yang dibawanya.
Indahnya gerakan tari dari ibu bumi sambil memadukan gerakan tangan kanan yang memegang selendang dan di tangan kiri membawa topeng sambil melawan cakil yang menari secara cepat dan tajam. Demikian cakil terjatuh tak kuasa melawan ibu bumi, yang berakhir dengan ibu bumi menutupi wajah cakil dengan topeng yang dibawanya. Tertutupinya wajah cakil dengan topeng yang dibawa oleh ibu bumi melambangankan bagaimana kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.