Merekam Kali Pepe : Berjalan Dari Terminal Tirtonadi

Kali Pepe merupakan anak sungai dari Bengawan Solo yang membentang di sebelah utara kota membelah kota Surakarta dari daerah terminal Gilingan sampai pintu air di daerah Sangkrah. Kali Pepe melewati beberapa Kelurahan diantaranya Kelurahan Gilingan, Manahan, Kestalan, Mangkubumen, Kepatihan, Sudiroprajan dan hingga Sangkrah. Hampir sebagian besar Kelurahan yang berada di kawasan Surakarta bagian utara dilewati oleh Kali Pepe. Ada beragam penampakan fisik yang beragam dari Kali Pepe, mulai dari talud, sempadan, arus Kali, sampah, hingga kualitas air yang berbeda-beda antara satu titik kawasan dengan titik kawasan yang lain. Pada pemanfaatan sempadan juga terdapat perbedaan yang jauh, satu tempat digunakan untuk menanam tanaman buah–buahan sedangkan di tempat yang lain digunakan untuk membangun tempat tinggal. Yang lebih mengkhawatirkan adalah masalah ketersediaan dan kualitas air yang berbeda–beda, padahal air tersebut berada pada satu aliran Kali yang sama. Banyak pemanfaatan Kali yang dilakukan oleh masyarakat  pun berbeda–beda, ada sebagian yang masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan kegunaan Kali pada umumnya akan tetapi ada pula bagian Kali yang mengering disebabkan tertutupnya aliran oleh sedimen tanah. 
 
# Berjalan, Dari Terminal 
Seperti pada bagian hulu daerah Kelurahan Gilingan dan Manahan yang panjangnya mencapai 700 meter sudah dapat ditemukan banyak sekali tumpukan sampah. Ada berbagai jenis sampah baik sampah organik maupun non organik namun  sampai separuhnya lebih sampah yang ditemukan berupa plastik sisa sampah rumah tangga. Selain itu, banyak pula ditemukan tumbuhan liar yang menutupi arus Kali  sehingga menghambat aliran air. Sedimen tanah juga banyak ditemui pada Kali terutama bagian bawah jembatan dan ketika sedimen mulai menumpuk pasti akan disusul oleh tumbuhan liar yang mulai muncul pada permukaan sedimen tersebut. Kali Pepe yang mengalir tentunya memiliki asal atau percabangan dengan Kali yang lain. Ada beberapa bagian Kali yang memiliki curah air yang sangat banyak, jadi untuk mengendalikannya perlu dibangun pintu air sebagai jalur masuknya debit air sesuai dengan kapasitas Kali. Jadi pintu air merupakan pintu atau tempat masuknya air dari sumber utama yang bisa berupa Kali yang lebih besar, bendungan maupun mata air. Begitu juga pintu air Kali Pepe yang memisahkannya dengan Kali Anyar. Pintu air ini dulunya sebelum rusak berfungsi untuk menjaga debit air yang masuk tidak melebihi dari batas talud, agar kampung-kampung yang berada di bagian hilir tidak terkena banjir. Letak pintu air ini berada tepat di seberang jalan terminal Tirtonadi yang merupakan terminal yang sangat besar ukurannya dan memilik sejarah panjang yang juga bersangkutan dengan keberadaan Kali Pepe. Besar dan megah itulah yang tergambar dari para pengunjung yang melihat terminal yang sedang mengalami fase pembangunan menjadi kawasan terminal terpadu bagi kota. Pembangunan dan perluasan terminal tentunya membawa  dampak bagi lingkungan sekitar. Seperti keadaan Kali Pepe saat ini, diungkapkan oleh masyarakat sekitar jika pembangunan terminal menjadi penyebab utama air tidak mengalir lancar karena dibawah pondasi ada beberapa tiang terminal yang berdiameter cukup besar tepat berdiri di tengah Kali Pepe. Jadi ketika air mulai tidak mengalir sedimen akan semakin menumpuk sampah-sampah juga dibuang sembarangan disekitaran Kali Pepe yang berada tepat di belakang terminal. 
 
Berjalan disepanjang Kali Pepe akan sangat mudah menemukan beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar, fasilitas yang ada yaitu antara lain meja kursi yang berapa di pinggiran sempadan Kali berupa bangunan yang terbuat dari semen. Warga sekitar Kali sering menggunakan bagian dari bangunan tersebut untuk bersantai sambil berbincang-bincang. Keseharian warga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran tidak memiliki kesusahan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari, misal ke tempat kerja, ke sekolah, maupun ke fasilitas kota seperti rumah sakit yang memang berada dikawasan tersebut. Dengan berjalan kaki di sepanjang bantaran Kali dimana sebagiannya menjadi trotoar jalan dan juga sudah beraspal. Yang khas dari kawasan Kali Pepe dan sekitar nya adalah kehidupan sektor transportasi seperti terdapat pangkalan ojek dan taksi, dimana keberadaan karena Kali Pepe yang berada di area Tirtonadi sehingga memungkinkan banyaknya akses jalan yang dapat dilalui oleh warga. 
 
Kali pepe yang berlokasi di sepanjang belakang Terminal Tirtonadi masih lumayan baik dibandingkan Kali Pepe yang berada di sepanjang belakang Stasiun Solo Balapan. Dapat dikatakan seperti itu karena Kali yang di belakang Terminal Tirtonadi kering dan tidak mengalir, sehingga tidak terlalu menimbulkan bau busuk. Meskipun terlihat jelas bahwa di sepanjang Kali pasti terdapat limbah dan sampah masyarakat, namun Kali Pepe yang berlokasi di belakang Terminal Tertonadi tersebut tidak banyak mengalirkan air. Tepat di belakang Terminal sedang dilakukan pembangunan bendungan untuk membuat Kali Pepe dapat mengalir lagi airnya dan tidak menyumbat karena dapat menimbulkan banjir jika musim hujan tiba. Kali Pepe yang terletak di sepanjang belakang terminal memiliki sepadan yang cukup luas, jarak antara kali dengan jalan raya banyak ditumbuhi rerumputan, dan juga terdapat bebatuan. Sepadan tersebut juga sering digunakan sebagai area parkir para supir taksi yang mangkal di belakang Terminal Tertonadi sambil menunggu para penumpang mereka. Sedangkan sepadan yang bersebelahan dengan tembok Terminal ditanami berbagai jenis tanaman seperti pohon pisang, pohon kamboja, pohon mlanding, talok, dan lain-lain. Sepadan yang berada di area pemukiman penduduk juga cukup luas dan banyak di manfaatkan oleh warga sekitar, misalnya di tanami berbagai jenis pepohonan seperti pohon mangga, pohon seri, dan pohon-pohon yang lain. Juga diberi fasilitas lain seperti tempat duduk taman, meja taman, lampu jalan, dan tempat sampah. Kemudian untuk kondisi Kali sendiri memang belum bisa dikatakan sehat dan bersih karena masih banyak sampah dan limbah yang menghuni bagian Kali tersebut. Selain sampah dan limbah banyak juga tanaman liar seperti kangkung, talas, rumput liar, dan tanaman-tanaman lain yang menggenang sehingga menjadikan Kali tersebut tidak enak dipandang mata.
 
Masalah yang masih sering dihadapi oleh masyarakat sekitar Kali Pepe, masyarakat pengunjung (masyarakat luar), dan juga pemerintah masih sama dengan masalah-masalah yang lain, yaitu sampah. Sampah memang tidak pernah jauh dari sesuatu yang kotor dan dapat mengganggu kenyamanan seseorang. Sampah selain menjijikan juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit gatal-gatal, penyakit demam berdarah, karena jika banyak timbunan sampah maka akan menimbulkan jentik-jentik nyamuk yang menyebabkan demam berdarah. Kebersihan lingkungan sebenarnya merupakan tanggung jawab setiap individu yang menempati lingkungan itu sendiri, namun untuk mewujudkan kesadaran akan kebersihan itu sendiri masih sulit diterapkan oleh setiap orang dimanapun. Banyak orang yang menginginkan bahkan menuntut agar Kali bersih dari sampah, namun mereka sendiri tidak bisa menjaga kebersihannya. Meskipun di bantaran Kali sudah disediakan tempat sampah, namun masih ada beberapa warga yang suka membuang sampah. Dan itu tidak hanya dilakukan oleh warga sekitar saja, orang yang hanya lewat juga terkadang suka membuang bekas makan dan minumnya.  Masalah kedua yang sering muncul selain sampah adalah limbah. Jadi di belakang Terminal Tirtonadi terdapat WC umum yang mana limbahnya itu dialirkan langsung ke Kali Pepe yang terletak pas dibelakang Terminal. Selain limbah dari WC umum tersebut, limbah dari terminal pun juga mengalir langsung. Polusi limbah yang terdapat di Kali Pepe memang tidak sebanyak sampah plastik. Disepanjang Kali Pepe yang terletak di belakang Terminal tidak terdapat pabrik, sehingga tidak ditemukan limbah pabrik yang mengandung zat kimia, yang dapat merusak kadar air. Memang di sekitar Kali Pepe terdapat Rumah Sakit Mbrayat, namun limbah Rumah Sakit tersebut tidak langsung dibuang atau dialirkan ke Kali Pepe.
 
Kali Pepe yang berada di Kelurahan Gilingan, Manahan dan Mangkubumen merupakan titik awal air Kali Pepe mengalir dan mudah dijumpai alirannya oleh masyarakat sekitar setiap hari. Tentu ada kontak yang terjadi antara orang yang berada disekitar dengan tempat tersebut. Kejadian ini juga terjadi oleh masyarakat sekitar yang memanfaatkan Kali Pepe sebagai pilihan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang tentunya berbagai berbeda-beda. Adapun beberapa pemanfaatan Kali Pepe tersebut sebagian besar berada pada sepadan yang lebarnya kisaran 2-3 meter. Oleh warga, pemanfatan Kali Pepe dapat digolongkan menjadi tiga hal, ekonomi, sosial dan budaya. Pertama terkait ekonomi, pemanfaatan aktivitas ekonomi maksudnya adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan jual beli, transaksi jasa, dan pemasangan penawaran jasa atau barang. Dibagian sepadan Kali ada beberapa pondok ataupun grobak yang berdiri selain itu ada juga pamflet-pamflet diskon atau penawaran barang maupun jasa. Selain itu bidang ekonomi juga tidak dapat dipisahkan dengan perputaran uang dari pembeli ke penjual, dari penjual dari pemasok dari pemasok ke pembuat yang juga mengkonsumsinya. Selalu seperti itu perputaran uang di kalangan masyarakat umum. Hanya waktu yang berbeda antara siang, pagi dan malam untuk memutarkan uang tersebut. Daerah sekitar Kali Pepe ini juga memiliki tempat untuk memutarkan uang dengan membeli barang ataupun jasa tentunya. 
 
Pada pagi hari ada tukang sayur yang membawa sayuran segar siap olah yang tinggal menunggu waktu untuk dikerumuni oleh ibu-ibu didaerah desa Gondang Manahan. Segera menggelar dagangannya tepat di depan gang disamping keranjang beratnya. Lalu dengan sendirinya ibu-ibu rumah tangga segera berkerumun untuk menawar dengan harga terendah melalui tawar menawar yang sengit. Ketika penjual sayur sudah mulai kehabisan barang dan matahari mulai meninggikan sinarnya pedagang rumahan mulai membuka gerai kiosnya dengan berbagai jenis barang yang dijual dengan memanfaatkan sepadan sebagai tempat singgah bagi pembelinya. Penjual jasa juga mulai bergerak melanjutkan pelayananya yang hari itu ada beberapa mobil yang terparkir di atas sipadan untuk segera direparasi. Ketika malam mulai menyingsing kendali ekonomi yang berhubungan dengan perut segera diambil oleh pedagang dengan gerobak dorongnya. Berbagai jenis masakan tersedia dari harga gorengan yang lima ratus rupiah sampai sundukan seribu rupiah. Berada tepat disamping pos ronda merupakan strategi pemasaran yang cukup berhasil untuk menjajakan dagangan karena pada malam hari banyak orang yang berkumpul disini. 
Sebagian besar usaha yang didirikan masyarakat sekitar memilih sepadan untuk menjadi lokasi karena strategis disamping jalan dan dapat dilihat dari seberang Kali. Selain dengan gerobak ada beberapa yang membangun bagian dari sepadan dengan bangunan semi permanen dengan harapan was-was untuk tidak digusur. Letaknya berada di daerah mangkubumen yang dilewati Kali Pepe. Mereka sadar bahwa hal ini tidak diperbolehkan namun karena sudah berurusan dengan kelangsungan hidup dan tidak ada pilihan lain terpaksa mau bagaimana lagi. Jadi keseluruhan pemanfaatan ekonomi di kali pepe daerah Gilingan, Manahan dan Mangkubumen ada penjual sayur, angkringan, makanan, jasa bengkel dan berbagai penjual keliling yang akan berhenti disipadan ketika ada orang yang membeli. 
 
Secara umum di sepanjang Kali Pepe banyak ruang publik yang didirikan meskipun hanya pos ronda maupun tempat-tempat duduk tanpa atap. Begitu juga di daerah Kali bagian hulu. Satu pos ronda yang cukup besar berada tepat di depan pertigaan kampung Gondang tepat bersebelahan dengan angkringan yang menjadi pemasok amunisi kopi setiap malamnya. Pos ini menjadi ruang publik yang sering dikunjungi oleh masyarakat terutama ketika sore sampai malam hari. Selain untuk menjaga keamanan kampung, pos juga berfungsi untuk kumpul bapak-bapak untuk beradu permainan catur.  Sedangkan pada pagi hari tempat-tempat duduk disepadan penuh dengan orang duduk dan mengobrol terutama pada hari libur karena tempat tersebut cukup teduh dengan samping kanan kiri ditumbuhi pohon dan ditembah gemercik suara air. Banyak juga anak-anak yang bermain didaerah sepadan Kali, bahkan ada yang turun ke sedimen Kali untuk menangkap hewan serangga untuk kemudian dimasukan ke kandang dan diadu dengan punya teman yang lain. Atau saling mengejar dan mengejek sampai salah satu dari anak-anak itu menangis dan setelahnya mereka akan berlari menjauhi yang akhirnya menangis lalu saling menyalahkan dan mengadukan satu sama lain. Ketika seorang anak berhenti menangis dan permainan kembali di mulai. 
 
Beginilah wajah kampung yang sesungguhnya ketika orang tua saling mengobrolkan kesana kemari dengan berbagai topk dan anak-anak berlarian kesana kesini untuk mencari apa yang sebenarnya mereka sebut kesenangan atau kepuasan. Pemanfaatan sebagai budaya yang diartikan dengan kebiasaan, tradisi atau bisa suatu hal yang sangat berharga. Untuk Kali Pepe bagian hulu sendiri ada sejarah yang semestinya harus dikenal oleh kota yaitu seorang maestro keroncong merupakan anak kelahiran kampung Gumunggung yang tidak lain merupakan kampung yang berada di sisi Kali Pepe langsung. Beliau yang memiliki nama panjang Gesang Martohartono merupakan teman kecil dari bapak Widodo seorang pensiunan. Pak Widodo menyampaikan bahwa ketika pak Gesang hendak membuat lagu dan mencari inspirasi selalu memandangi Kali Pepe yang berada di dekat kediamannya.  Tentu hari ini, ada banyak yang berubah. Termasuk juga dengan agenda untuk memperbaiki Kali Pepe, maka di area Kali yang terletak di daerah belakang Terminal Tirtonadi sering dilakukan pengerukan, tujuannya untuk membersihkan Kali dari limbah dan sampah. Menurut cerita para warga sekitar Kali Pepe, memang setiap tahun sering dilakukan pengerukan tersebut oleh Pemkot Surakarta, namun pengerukan tersebut tidak pernah memberikan dampak positif atau hasil yang lebih baik dari sebelumnya, karena bekas pengerukan kali tersebut tidak dibuang ke tempat pembuangan yang selayaknya, akan tetapi hanya diletakkan dipinggiran sepadan  dan bahkan masih banyak juga yang di letakkan di Kali itu sendiri sehingga malah menyebabkan Kali Pepe menjadi tersumbat dan tidak bisa mengalir airnya dengan baik. Ketika musim hujan tiba, bekas galian tersebut tertimbun kembali oleh air dan mengendap di bagian Kali. Jadi upaya pemerintah dalam proses pengerukan belum pernah memberikan hasil yang baik untuk kali itu sendiri. Selain pengerukan pemerintah juga mengadakan kegiatan kerja bakti oleh warga sekitar namun juga tidak berjalan dengan baik, karena warga sekitar dan warga dari luar daerah masih suka membuang sampah di kali tersebut. Sehingga Kali Pepe sulit dapat terlihat bersih, karena untuk kesadaran dari setiap individu belum tumbuh.
#KotaSolo #KaliPepe #Kampung #KampungKota #Kampungnesia
 
Diambil dari Merekam Kali Pepe
KampungnesiaPress, 2017
 
 

Berita Terkait