Kampung Baron, Catatan Keseharian ..

Terdapat beberapa pintu masuk atau akses jalan menuju Baron dan kami memilih untuk melewati sebuah jalan  di samping Lotte Mart Tipes. Kami disambut beberapa polisi tidur, sangat khas kampung kota. Konstruksi jalannya pun sudah bagus, tidak akan menyebabkan ban kendaraan yang melintas bermasalah, hanya saja ada segelintir ruas jalan yang berlubang dan bisa menjadi ‘jebakan’ saat hujan turun. Namun ternyata kami belum masuk teritori Kampung Baron, melainkan masih berada di wilayah Tipes

 

Puluhan meter kemudian, perbatasan Baron sudah dapat diketahui. Memang tidak ada gapura yang dengan gamblang bertuliskan ‘Selamat Datang di Kampung Baron’ ataupun ‘Selamat Jalan Kampung Baron’, cukup melirik papan plang masjid dan tukang es buah yang mencantumkan nama serta alamat, di sanalah tertera nama Kampung Baron. Itulah yang selama ini menjadi petunjuk bagi tim kami, yang beberapa merupakan anak rantau. Setidaknya agar mengetahui sejauh mana kami telah bermain, serta agar tidak tersesat terlalu jauh saat menyusuri daerah baru. Lalu ada pula papan berbentuk panah kecil yang menunjukkan perbatasan RW serta Kelurahan dan sampailah kami di satu bibir gang yang temboknya dipenuhi mural Pasoepati.

 

Blusukan lebih dalam, masih terdapat banyak gang yang menunjukkan bahwa pemukiman di sini terbilang padat. Plang-plang bertuliskan usaha warga juga banyak terlihat. Warga Baron umumnya berwirausaha mulai dari konveksi, es balok, kusen, hingga pedagang hik. Pantaslah Indonesia selamat dari krisis, warganya sudah mulai sadar untuk berwirausaha seperti warga Baron. Di Kampung Baron banyak terdapat kost-kostan dan tipenya beragam seperti yang ada di sekitar kampus namun tentunya rumah warga tetap yang paling dominan jumlahnya.

 

Sayangnya, sulit sekali menemukan yang ‘hijau’ di sini. Hanya beberapa rumah yang masih dihiasi taman mungil di berandanya sedangkan rumah lainnya berberandakan jalan lingkungan. Jalan lingkungan di Baron lebarnya mungkin hanya cukup untuk satu mobil plus satu motor dan untuk akses gang hanya cukup untuk dua motor. Melihat itu semua kami berpikir bahwa Solo merupakan kota ‘besar’. Banyak orang tertarik untuk menjadi bagian dari Solo. Kami mengatakan hal itu karena tidak sedikit warga Baron yang merupakan perantau (bukan asli kelahiran Solo), seperti sebagian dari kami mahasiswa yang tertarik ke Solo untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman hidup baru.

 

Kampung Baron merupakan salah satu dari beberapa kampung yang terletak di kawasan Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Sebuah kampung pemukiman padat penduduk dengan luas daerah yang tidak begitu besar, membuat kampung ini terdiri dari rumah-rumah kecil berpetak dan terlihat seperti perumahan kumuh atau slum area. Mengapa disebut Kampung Baron? Baron adalah sebuah gelar bangsawan yang sering dipakai oleh warga Eropa. Dulu ketika pusat pemerintahan Kota Surakarta masih berada di Kartasura, kampung tersebut ditinggali para baron, salah satunya Baron van Hogendorf. Pria ini di kalangan militer berpangkat mayor. Berbagai sumber menyebutkan di Eropa, baron merupakan sebuah tahta posisi bagi bangsa feodal di kerajaan. Biasanya baron ini memiliki sifat yang baik dan berbudi pekerti yang luhur terhadap segala perintah atau peraturan para raja. Maka dari itulah hingga saat ini kampung tersebut kita kenal dengan Kampung Baron.

 

Kampung Baron berbatasan langsung dengan Kampung Baron Cilik di sebelah barat, Kampung Begalon di sebelah timur, Kelurahan Tipes di sebelah selatan, serta Kelurahan Penumping di sebalah utara. Kampung ini terbagi menjadi RW 1 dan RW 2 yang masing-masing RW terdiri dari 5-6 RT. Terlihat perbedaan yang cukup jauh antara RW 1 dan RW 2, oleh karena di wilayah RW 1 mayoritas rumah-rumah penduduk terlihat lebih besar, luas dan cukup mewah. Sementara di RW 2, rumah-rumah warga terlihat sangat berhimpitan dan sangat sempit akses jalan dari satu rumah ke rumah lain. Terlebih untuk RT 3 dan RT 4 yang merupakan RT dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi.

 

Satu hal unik yang ada di Kampung Baron, yaitu terdapat daerah yang pada zaman dahulu diperuntukkan untuk kuburan etnis cina, namun saat ini area tersebut digunakan untuk pemukiman warga. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang pesat di Kampung Baron. Penduduk yang berdomisili di bekas perkuburan mengaku tidak takut menempati bekas makam, karena mereka tidak memiliki pilihan lain selain tinggal di tempat tersebut. Lahan-lahan lain yang terdapat di Kampung Baron sudah tidak tersedia lagi untuk pemukiman karena banyak lahan yang mulai digunakan untuk industri kecil. Mereka yang menempati lahan bekas makam sebenarnya sudah mengetahui bahwa lahan yang mereka tempati tersebut adalah milik pemerintah Surakarta. Mereka pun menyadari bahwa sewaktu-waktu akan menghadapi kemungkinan terburuk yaitu penggusuran.

 

Aturan saat itu adalah boleh mendirikan bangunan atau rumah dengan syarat bukan bangunan yang bersifat permanen, karena lahan tersebut adalah milik pemerintah. yang Sewaktu-waktu jika pemerintah mengadakan suatu proyek pembangunan, lahan tersebut dapat diambil alih. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pendatang yang pada akhirnya mendirikan rumah yang sifatnya permanen (tembok) meski dalam skala kecil. Bekas-bekas pemakaman pun masih terlihat jika kita mengunjungi tempat ini. Misalnya, kita akan banyak menemukan sisa-sisa kijing yang kini telah beralih fungsi menjadi bangku dan biasa digunakan para warga untuk sekadar duduk menikmati senja, tempat untuk menjemur baju atau kasur, serta ada juga yang memanfaatkan sisa-sisa kijing untuk tungku perapian.

 

Terlihat di sisi-sisi kampung, jalanan sempit menghiasi sebagian wilayah Kampung Baron tersebut. Jalan kecil ini terdiri dari gang-gang dan menjadi bagian yang tidak terlepas dari Kampung Baron. Kampung Baron sangat jarang dilewati kendaraan umum, warga setempat  mayoritas memakai transportasi umum yang sederhana seperti becak atau ojek. Masyarakat setempat melakukan aktivitas keseharian dengan becak, sepeda dan semacamnya.

 

Kegiatan Warga Kampung Baron

Ada banyak kegiatan yang biasa dilakukan di kampung Baron. Kegiatan yang rutin dilakukan yakni kegiatan dari RT atau RW setempat serta kegiatan yang digerakkan oleh kelurahan. Saat berkunjung, kami melakukan wawancara dengan Bu Cici, beliau menjelaskan apa saja kegiatan yang ada di kampung Baron mulai dari PKK, Posyandu, hingga Perpustakaan Kampung. Bu Cici adalah salah satu aktivis Kampung Baron dan Kelurahan Panularan sekaligus pengurus Perkumpulan Wanita Muhammadiyah atau Aisyah, Guru TK, Bendahara LPMK, serta Pengurus Perpustakaan Kampung. Dari beliaulah kami mendapatkan informasi terkait apa saja kegiatan yang ada di kampung ini. Berikut kegiatan yang biasa dilakukan:

 

Posyandu

Posyandu merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu, yakni kegiatan yang bertujuan untuk membantu para warga dalam hal kesehatan. Posyandu di kampung Baron ini terdiri dari dua macam yaitu Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Posyandu Lansia dibentuk atas kerjasama dengan Perkumpulan Aisyah di Kampung Baron. Dari data yang kami peroleh dari Bu Cici, Posyandu Balita memiliki anggota sebanyak 110 balita yang rutin mengikuti kegiatan Posyandu, sedangkan Posyandu Lansia ada beranggotakan sekitar 80 lansia. Posyandu Balita diadakan setiap minggu dan Posyandu Lansia diselenggarakan dua minggu sekali.

 

Tujuan pembentukan Posyandu Balita adalah melayani warga khususnya yang mempunyai anak dibawah usia lima tahun untuk mendapat pendampingan dalam merawat kesehatan balitanya. Selain itu, Posyandu juga memberikan asupan asupan nutrisi dan vitamin agar balita dapat tumbuh sehat. Sedangkan Posyandu Lansia bertujuan mendampingi dan mengawasi kesehatan warga kampung yang telah berusia lanjut. Selain pengobatan, Posyandu Lansia juga membuat agenda senam lansia setiap pagi agar para warga lansia ini tetap bisa berolahraga walaupun dengan umur yang sudah tua. Senam yang dipimpin oleh instruktur khusus merupakan olahraga yang tidak memberatkan bagi lansia.

 

Kedua Posyandu tersebut sangat penting peranannya bagi warga kampung, terbukti dengan ramainya warga kampung berbondong-bondong datang ke Posyandu. Peran Posyandu ini selain mengawasi kesehatan warga kampung yakni senantiasa menyosialisasikan bagaimana cara hidup sehat. Jika untuk balita, maka bagaimana balitanya tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, dan untuk lansia, makanan apa saja yang baik untuk mereka makan dan yang sedianya mereka hindari agar tetap hidup sehat.

 

Program PKK

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau sering disingkat PKK, kegiatan ini biasa diadakan di kampung-kampung dan anggotanya sebagian besar adalah para ibu. PKK juga biasanya mengadakan pertemuan rutin guna membahas kegiatan apa saja yang akan dilakukan maupun sekadar melakukan sosialisasi. PKK dibentuk pastilah memiliki tujuan tertentu yakni ‘memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang bertindak sesuai agama masing-masing, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan’.

 

Begitu pula di kampung Baron, kegiatan PKK bisa di bilang berjalan, penggeraknya adalah Bu Cici juga. Menurut informasi dari Bu Cici, Program PKK di Kampung Baron ada tiga, yaitu PKK RT, PKK RW, dan PKK Kelurahan. Di RW 2 Kampung Baron ada empat RT dan masing-masing RT dibagi jadwal kegiatan PKKnya. PKK RT 1 diadakan setiap tanggal 16, lalu RT 2 setiap tanggal 17, RT 3 pada tanggal 18, dan RT 4 di tanggal 19 setiap bulannya. Kemudian PKK RW dilakukan rutin setiap tanggal 15 pada tiap bulannya, jadi PKK RW dilakukan sebelum PKK RT di Kampung Baron. Pengaturan jadwal tersebut dimaksudkan agar informasi atau pemberitahuan yang ada di tingkat RW bisa di informasikan kembali di PKK RT. Kemudian PKK tingkat Kelurahan diadakan pada tanggal 13 di setiap bulannya sebelum PKK RW. PKK Kelurahan dijadwalkan lebih awal sebelum PKK tingkat RW dan RT, sehingga setiap bulannya PKK tingkat RW dan RT bisa tahu apa saja yang terjadi dan perkembangan kegiatan PKK di Kelurahan Panularan atau khususnya di Kampung Baron sendiri. PKK  tingkat RT diikuti oleh semua warga khususnya ibu-ibu RT setempat, PKK tingkat RW diikuti oleh perwakilan dari PKK RT. Perihal yang dibahas pada Kegiatan PKK ini antara lain arisan ibu-ibu, pemberian informasi tentang PKK Kelurahan atau Kota, aturan-aturan baru mengenai kegiatan PKK, sosialisasi agenda kota, juga materi tentang kesehatan, semisal pentingnya para anggota PKK peduli akan pencegahan HIV/AIDS serta memberi edukasi agar tidak mudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Program PKK juga mengajarkan ibu-ibu dalam melatih soft skill mereka seperti merajut, menjahit, menganyam, dan sebagainya.

 

Program PKK yang khusus diperuntukkan untuk ibu-ibu ini sangat positif sekali. Dengan adanya kegiatan tersebut, mereka bisa menambah wawasan ilmu dan juga keterampilan. Bahkan sangat mungkin menurunkan tingkat kekerasan dalam rumah tangga, karena mereka sudah dibekali dengan apa yang sudah didapat di PKK. Selain itu, kegiatan ini juga menghidupkan kampung serta menjadikan ajang perkumpulan para ibu-ibu yang positif. Setelah mereka selesai mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari, mereka tidak melakukan hal yang sia-sia, karena sudah diwadahi oleh kegiatan PKK.

 

Tidak hanya ibu-ibu saja yang melakukan kegiatan arisan, namun di Kampung Baron bapak-bapaknya pun membentuk kegiatan arisan pula. Hanya saja kegiatan arisan bapak-bapak berbeda dengan arisan ibu-ibu. Kegiatan arisan bapak-bapak bertujuan untuk memusyawarahkan pengembangan kampung, serta mencari jalan keluar bilamana ada masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan. Lagi-lagi Bu Cici berperan dalam kegiatan tersebut, yakni menjadi bendahara pada setiap kegiatan. Kegiatan ini langsung dibawahi oleh ketua RW, jadi kegiatan arisan bapak-bapak mencakup RT-RT setempat. Kegiatan ini biasanya melakukan pertemuan setiap tiga bulan sekali. Jika ada hal yang sekiranya penting untuk segera dibahas maka tak jarang pertemuan dilakukan sebulan sekali. Hal-hal penting misalnya, pemberian bantuan untuk pembangunan kampung Baron. Bapak-bapak inilah yang memusyawarahkan apa saja yang akan dilakukan untuk memanfaatkan bantuan dari pemerintah maupun dari pihak luar.

 

Karang Taruna dan Remaja Masjid

Tidak kalah dengan ibu-ibu dan bapak-bapak, para remaja juga punya kegiatan. Memang di kampung Baron ada interaksi yang kuat mulai dari kalangan muda sampai tua, namun terkadang memang tidak berjalan dengan baik karena masalah kesibukan masing-masing. Hal ini yang menjadi problem dalam Karang Taruna di kampung Baron, sempat beberapa tahun vakum alias tidak ada pengurusnya, tahun 2013 mulai bergerak kembali menyusun rencana-rencana kegiatan yang positif.

 

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Cici yakni,
Karang Taruna disini sempat vakum ya mbak, mas, jarang ada kegiatan
makanya saya sampai ngoyak-oyak ketuanya biar pada kumpul bareng-bareng bikin kegiatan. Bahkan sering rumah saya dijadikan kumpul-kumpul rapat sampai malam
.”

 

Dua minggu sebelum kami datang, para pemuda kampung Baron telah melaksanakan kegiatan bazar atau pasar rakyat sekaligus menampilkan hiburan bagi warga Baron. Tidak banyak anggota yang aktif di karang taruna ini karena kebanyakan pemuda  kampung setelah selesai sekolah jenjang SMA langsung mencari pekerjaan. Bahkan pemuda yang tidak lulus SMA pun sudah banyak yang bekerja, hal ini yang menyulitkan karang taruna di kampung ini berkembang, dengan demikian reorganisasi atau pergantian pengurus tidak dapat dilakukan dengan baik.

 

Begitu juga dengan Remaja Masjid di kampung Baron, bahkan hampir tidak ada kegiatan lain selain di bulan ramadan dan juga menjelang hari raya. Remaja masjid di kampung Baron hanya aktif pada saat Ramadhan, setelah bulan Ramadhan selesai mereka kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Kegiatan di bulan Ramadhan yang biasa dilakukan adalah tadarus bersama, buka bersama setiap sore di masjid disertai dengan kultum, lalu pembagian zakat fitrah, selain di bulan ramadhan hampir tidak ada kegiatan. Namun momen mereka di bulan Ramadhan menjadikan mereka kompak dalam melakukan kegiatan, mereka sering berkumpul dan saling berkerja sama. Hal ini menunjukkan bahwa mereka masih mempunyai rasa kerukunan yang tinggi.

Kalau remaja masjid nggak banyak kegiatan,
cuma pas bulan puasa aja biasanya. Terus juga kalau ada kegiatan
karang tarunanya juga ikut membantu
,”
kata Prayoga selaku Ketua Karang Taruna di kampung tersebut.

 

Bagaian I:
Devi Fitroh Laily, Muhammad Bintang Adna Faisal,

Nurul Handayani, Hemas, Fachrul Fadilla

Berita Terkait